Kamis, 14 Mei 2015

LIFE IS BEAUTIFUL [1997]


Jika diri ini menganggap banyak hal menyebalkan selalu terjadi dalam hidup ini, maka sudah saatnya berhenti dengan prasangka buruk tersebut. Film dari Itali arahan sutradara Roberto Benigni yang juga bermain di sini, mencoba mengajak penontonnya untuk selalu berprasangka baik dan berpikiran positif terhadap apapun dalam hidup, dengan begitu semua akan berjalan baik dan lancar. Dengan tagline An Unforgettable fable that proves love, family, and imagination conquer all, membuktikan itulah senjata ampuh dalam menghadapi segala kesusahan.

Pagi itu, Ferruccio (Sergio Bustric) sedang berkendara dengan teman dekatnya, Guido (Roberto Benigni). Tidak tahunya, ternyata mobil yang sedang mereka kendarai remnya blong dan mobil tersebut tersungkur lalu melewati iring-iringan yang akan menyambut kedatangan raja. Guido dan Ferruccio tiba-tiba menjadi raja dadakan, karena orang-orang dalam iring-iringan tadi mengiranya raja yang sedang lewat. Raja sesungguhnya yang muncul setelahnya malah terhalang iring-iringan dan tidak bisa lewat. Mereka kemudian berhenti di suatu tempat untuk memperbaiki rem yang blong tadi. Ketika Guido sedang mencuci tangan setelah memperbaiki mobil, ia bertemu seorang wanita yang jatuh dari lantai atas karena berusaha membakar sarang lebah. Itulah pertemuan pertama Guido dengan Dora (Nicoletta Braschi) yang berhasil membuatnya jatuh hati. Pertemuan mereka berdua pun berlanjut hingga berkali-kali. Suatu ketika, Guido sedang menonton sebuah teater, dan nampak ada juga Dora di sana, meski ia tidak melihat keberadaan Guido. Dora datang ke teater tersebut bersama kekasihnya, Rodolfo (Amerigo Fontani). Selepas acara, Rodolfo mengajak makan Dora, tapi sebelum keluar gedung, ia akan mengambil mobil dulu untuk menjemputnya. Kesempatan tersebut tidak di sia-siakan oleh Guido. Ia yang malah menjemput Dora dengan meminjam mobil Ferruccio. Guido memperlakukan Dora dengan sangat lembut, penuh lelucon, dan tidak lupa, romantis. Kelembutan hati seorang Guido membuatnya luluh dan melupakan keberadaan Rodolfo.

Setelah beberapa tahun menikah, Guido dan Dora dianugerahi seorang anak bernama Joshua (Giorgio Cantarini). Mereka hidup dengan tenang dan bahagia. Kemanapun mereka bertiga pergi, selalu mengendarai sepeda butut. Guido sendiri sekarang memiliki usaha toko buku. Ketika itu, banyak sekali poster-poster yang bertuliskan sentimen terhadap kaum Yahudi. Guido yang juga seorang Yahudi, selalu mengajarkan kebaikan dan berprasangka baik pada Joshua. Ia tidak pernah memarahinya, malahan sering kali Guido memberikan lelucon-lelucon dan cerita imajinasi. Kebahagiaan mereka segera memudar ketika tentara Nazi datang membawa Guido dan Joshua ke kamp konsentrasi. Dora yang awalnya tidak tahu mereka dibawa, segera menyusul ke stasiun meminta salah satu petugas Nazi melepaskan Guido dan Joshua. Awalnya ia ditolak, namun kemudian Dora memaksakan diri untuk ikut bersama rombongan. Kemudian, sesampainya di kamp konsentrasi, mereka terpisah ruangan. Bagaimana nasib mereka bertiga selanjutnya ? Berhasilkah Guido dan Joshua bersatu dengan Dora ?
Sejak menit-menit awal, banyak adegan dengan guyonan segar mampu membuat tertawa siapa saja yang menontonnya. Saya sendiri benar-benar dibuat terpingkal-pingkal dengan tingkah laku Guido dan Ferruccio. Sedari awal, Life is Beautiful memang dikonsep dengan komedi. Berbagai lelucon yang ditampilkan Roberto Benigni sebagai Guido bisa disebut sebagai lelucon cerdas dan tidak berusaha membodohi diri sendiri. Sosok Guido memang tidak hanya pandai membuat lelucon, tapi juga orang yang sangat romantis, ayah yang baik, dan selalu berpandangan positif dalam setiap hal. Ia juga mengajarkan kepada Joshua untuk selalu berprasangka baik pada siapapun dan pada berbagai macam hal. Maka tidak heran bila sosok Guido tidak pernah ditampilkan dalam keadaan susah, sedih, ataupun marah selama film berlangsung. Saya sendiri tidak menyangka, kenapa ada ya manusia yang benar-benar tidak memiliki sisi negatif seperti Guido ? Memang sejak awal Roberto Benigni menginginkan film ini berisikan ajakan untuk setiap orang agar selalu berbuat hal-hal yang baik. Pesan yang terkandung memang bagus dan sederhana, tapi dalam eksekusinya ada beberapa hal yang membuat Life is Beautiful terlihat sangat absurd dan kurang terasa warm. Momen-momen seperti peralihan hati Dora dari Rodolfo ke Guido juga saya rasa terlalu cepat. Dengan mudahnya, Guido mendapatkan Dora tanpa ditunjukkannya perlawanan berarti dari Rodolfo.    

Untuk komedinya sendiri benar-benar dapat. Bahkan, sepanjang durasi mulai awal hingga terakhir bisa disebut serangan komedi tanpa henti. Tapi, apakah itu cukup ? Menjadikan Life is Beautiful sebagai film bagus sepertinya harus dipikir-pikir lagi. Sebenarnya kegundahan saya yang utama di sini ada pada sosok Guido seperti yang saya tuliskan di atas. Kesempurnaan sifat baik Guido sama sekali tidak membuat saya terkesan, yang ada malah terlihat sangat absurd. Okelah jika Guido bersikap ‘bahagia di segala suasana’ hanya di depan Joshua, karena ingin memberikan contoh yang baik. Tapi hampir di manapun dan dalam segala hal, Guido selalu nampak bahagia dan tidak pernah bersedih. Pun begitu dengan Dora. Menyerahkan diri pada Nazi karena suami dan anaknya dibawa ke kamp konsentrasi. Setelah itu ia hanya diam saja menunggu kepastian yang tak pasti dan menerima saja setiap perlakuan petinggi-petinggi Nazi. Kenapa bisa ada orang yang berdiam diri saja tanpa berusaha lebih dalam mencari orang yang dicintai ? Apakah bukti cinta itu berupa ia harus merasakan juga apa yang diderita suami dan anaknya dengan kerja paksa di kamp konsentrasi ? Well, Saya menyebut Guido dan Dora adalah pasangan yang aneh. Dengan segala kekurangan berupa karakter yang absurd dan banyak plot hole, rasanya cukup ‘memalukan’ memilih Life is Beautiful sebagai film asing terbaik di Academy Awards tahun 1998. Roberto Benigni pun juga menang sebagai aktor terbaik yang bagi saya pribadi ‘pasti’ ada yang lebih baik, meski saya tidak tahu siapa saja para nominator ketika itu.

ATAU
7 / 10

2 komentar:

  1. Tom Hanks (Saving Private Ryan) & Edward Norton (American History X) are definitely far more better than Benigni

    BalasHapus
  2. saya sangat setuju mas rasyid

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !