Seperti yang pernah saya tulis
sebelumnya di review The Big Lebowski (1998), film-film karya Coen bros. sering
memasukkan adegan kejar-kejaran dengan koper berisikan uang. Begitu juga dengan
Fargo ini yang di dalamnya tidak lupa Coen tambahkan unsur dark comedy yang kental. Diangkat dari kisah nyata, selama 98 menit ke depan, Anda
akan menikmati salah satu film crime
terbaik dan menegangkan yang pernah dibuat.
Jerry Lundegaard (William H.
Macy) adalah seorang manajer penjualan di sebuah dealer mobil
milik ayah mertuanya, Wade (Harve Presnell) yang kaya raya. Hidupnya tenang dan
damai beserta istrinya, Jean (Kristin Rudrüd) dan seorang putra. Semua berubah ketika ia sangat membutuhkan banyak
uang dengan jalan memeras ayah mertunya. Tapi tentu saja ia tidak melakukannya
sendiri. Ia berinisiatif menyewa penjahat yang akan diskenario untuk
berpura-pura menculik istrinya, Jean, lalu meminta uang tebusan pada ayah mertuanya,
Wade. Melalui salah satu kenalannya, ia dikenalkan dengan penjahat yang akan
diminta untuk menculik, Gaear Grimsrud (Peter Stormare). Di sebuah bar di
Fargo, Dakota Utara, Jerry kemudian menyusun rencana dengan Gaear, yang
ternyata juga bersama temannya, Carl Showalter (Steve Buscemi). Meski awalnya
ada sedikit perdebatan dengan 2 penjahat sewaan tersebut, akhirnya Jerry
menyetujui dengan memberikan mobil baru sebagai pembayaran di muka, disusul
dengan uang tebusan kemudian.
Penculikan pada Jean pun
berhasil, bahkan dilakukan oleh Carl dan Gaear di siang hari. Kemudian, Jerry
pun meminta Wade untuk membayar uang tebusan sebesar satu juta dollar dan tanpa
harus melibatkan pihak kepolisian. Di tengah perjalanan dalam membawa Jean,
Gaear membunuh seorang polisi negara bagian yang mencurigai mereka dalam
perjalanan menuju Brainerd, Minnesota. Tidak hanya itu, ia juga membunuh 2 orang yang sedang
lewat karena memergokinya bersama Carl ketika membunuh polisi tersebut. Esok
harinya, seorang polisi wanita dari Brainerd, Marge Gunderson (Frances
McDormand) menyelidiki kasus tersebut. Satu persatu para saksi ditanyai, dan
Jerry pun tidak bisa menghindari pertanyaan dari Marge. Berhasilkah rencana
‘busuk’ Jerry dalam memeras uang milik Wade ? Ataukah justru ia dan 2 penjahat
sewaannya ditangkap Marge ?
Musik megah gubahan dari Carter Burwell mengiringi opening film dengan latar penuh salju
serta diperlihatkan Jerry yang dalam perjalanan menuju Fargo untuk menemui Carl
dan Gaear. Seperti film-film Coen bros. lainnya yang penuh dark comedy, maka Anda akan banyak menemukannya di sepanjang durasi
Fargo ini. Seperti percakapan antara Carl dan Gaear dengan Jerry, dimana Carl
menyarankan Jerry untuk meminta uang sendiri pada ayah mertuanya daripada harus
repot-repot menyewa mereka untuk menculik istrinya. Sangat lucu bukan, seorang
penjahat menyarankan hal ‘konyol’ tersebut yang sebenarnya tentu saja akan
menghilangkan ‘pendapatan’nya. Memang itulah yang namanya dark comedy, segelintir ‘kelucuan’ yang hadir pada momen-momen di
mana hal tersebut seharusnya tidak untuk ditertawakan, karena dalam konteks
yang sangat serius.
Selain kental dengan dark comedy, tidak lupa Fargo juga
dilengkapi dengan karakter-karakter yang unik dan absurd. Lihat saja duo penjahat Carl dan Gaear. Meski mereka berdua
bermitra dalam usaha penculikan ini, tapi sebenarnya mereka sendiri tidak
begitu akrab. Carl rupanya tipe orang yang suka bicara dan terkadang melucu,
berbeda dengan Gaear yang sangat jarang bicara dan terkesan ‘berdarah dingin’.
Dan lagi, ada momen dimana mereka berdebat dan sangat lucu sekali, seperti
ketika Gaear mengamuk karena kelaparan dan memaksa berhenti untuk membeli
pancake. Sedangkan Carl tidak tahan dengan asap rokok milik Gaear yang memenuhi
mobil, serta ia sempat menasihatinya bahwa rokok dapat menyebabkan kanker. Ya,
satunya penjahat ‘dingin’ tapi menyukai pancake, dan satunya penjahat yang
benci rokok. Marge Gunderson, polisi dari Brainerd yang menangani kasus
tersebut juga tidak luput dari sentuhan dark
comedy Coen bros. Bayangkan saja, kasus pembunuhan ditangani oleh seorang
polisi yang hamil tua lengkap dengan aksen khas saat berkata, ya.....ya....ya.
Memang sempat ada momen-momen
yang saya rasa ‘sedikit’ kurang relevan, seperti pertemuannya Marge dengan
sahabatnya, Mike Yanagita (Steve Park). Mungkin saja Coen berusaha menyelipkan
adegan tersebut untuk mempertegas karakter dari Marge sendiri. Meski adegan
tersebut sedikit ‘kurang pas’, tapi tetap tidak mengurangi kualitas Fargo secara
keseluruhan. Seperti hal lumrah yang ada dalam film-film crime, Fargo tentu saja dibangun dengan suasana yang mencekam dan
menegangkan, bayangkan saja seorang yang tamak akan harta sampai rela menyewa
penjahat untuk menculik istrinya, demi bisa memeras uang mertuanya. Suasana
semakin mencekam ketika apa yang sebelumnya direncanakan oleh Jerry tidak
berjalan dengan semestinya dan polisi pun mencium rencana ‘busuk’nya. Dari segi
akting, saya paling suka dengan William H. Macy yang mampu tampil maksimal
sebagai pria dengan tampang lugu tapi memiliki niat jahat di belakangnya. Steve
Buscemi yang setelahnya muncul lagi di The Big Lebowski masih tetap dengan ciri
khasnya yang selalu bermain sebagai orang bloon dan konyol, begitu juga ketika
di Ghost World (2001).
Adegan kejar-kejaran uang
dalam koper, karakter absurd, dan dark comedy adalah bahan yang sering ada
dalam film-film Coen bros. Selain itu, rupanya saya menemukan lagi ciri khas
yang selalu ada di filmnya, yaitu suasana yang kental sekali dengan Amerika.
Lihat saja seperti No Country for Old Men (2007), O Brother, Where art Thou?
(2000), hingga
True Grit (2010), semua banyak menampilkan set lokasi seperti midwest yang merupakan daerah khas di
Amerika. Di Fargo inipun juga begitu. Coen bros. berusaha menampilkan potensi
yang dimiliki oleh daerah-daerah di Amerika. Di salah satu adegannya, Anda akan
menemui sebuah patung di pinggir jalan yang disebut Paul Bunyan, disusul dengan
adegan di sebuah motel bergambar banteng bernama Blue Ox. Paul Bunyan dan Blue
Ox sendiri merupakan landmark dari
daerah Minnesota.
Overall, Fargo merupakan salah satu film crime
terbaik yang pernah saya tonton dan salah satu dari karya Coen bros. favorit
saya. Ketegangan serta kelucuan dikemas menjadi satu dan
rapi.
ATAU
9 / 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
AYO KITA DISKUSIKAN !