Senin, 04 Mei 2015

12 YEARS A SLAVE [2013]

Di Amerika masa lalu, banyak kaum pendatang kulit hitam yang menjadi korban perbudakan. Tenaga mereka habis terkuras untuk membantu tuan tanah yang kaya raya dalam mengolah perkebunan maupun peternakan tanpa mendapat bayaran sepeserpun. Seperti Django Unchained (2012) yang berfokus pada perjuangan seorang kulit hitam merdeka ala western, maka 12 Years a Slave yang diangkat dari kisah nyata inipun juga masih seputar kulit hitam merdeka yang berjuang untuk mendapatkan kemerdekaannya lagi selama diperbudak.

Solomon Northup (Chiwetel Ejiofor) seorang kulit hitam merdeka, hidup bahagia dengan istrinya, Anne (Kelsey Scott) dan kedua anaknya, Margaret dan Alonzo. Suatu ketika, Solomon yang ahli bermain biola ini ini mendapat undangan dari 2 pria, Brown dan Hamilton, untuk bermain biola di sebuah sirkus di kota Washington. Siapa yang sangka, nasib buruk yang takkan pernah dilupakan sepanjang hidupnya sebentar lagi akan datang. Ia diracun hingga tak sadarkan diri. Ketika bangun, ia sudah dirantai bersama para budak kulit hitam lainnya. Solomon mencoba meluruskan fakta bahwa ia adalah seorang yang merdeka dan akan membawa bukti arsip kemerdekaannya. Tapi apa daya, tidak ada yang percaya. Apa yang terjadi justru Solomon dipukuli hingga babak belur.

Pada awalnya, Solomon berhasil dibeli oleh tuan tanah kaya, Ford (Benedict Cumberbatch) dengan nama baru, Platt, untuk mengangkut kayu glondongan dan membuat pondok. Melihat kecerdasan Solomon yang tidak seperti budak pada umumnya, Ford pun bersimpati. Simpati tersebut membuat ketidak senangan pada kepala tukang kayu kejam, Tibeats (Paul Dano) yang juga bekerja pada Ford. Hinaan dan cacian dari Tibeats tidak membuat Solomon diam saja. Dengan beraninya, ia membalas perlakuan buruk tersebut dengan memukuli Tibeats. Pembalasan yang lebih kejam datang untuk Solomon, meski ia berhasil diselamatkan oleh mandornya Ford, Chapin. Iba melihat keadaannya, Ford kemudian menjual Solomon pada Edwin Epps (Michael Fassbender) yang kejam. Edwin terkenal suka menyiksa para budak meski ia menggunakan pembenaran atas perbuatannya itu dari kitab suci. Yang lebih kejamnya lagi, ia menjadikan budak wanita, Patsey (Lupita Nyong’o) sebagai pemuas hawa nafsunya. Hal tersebut menjadikan hubungan Edwin dengan istrinya semakin kurang harmonis. Bagaimana kelanjutan kisah Solomon, akankah ia berhasil melarikan diri ataukah ada orang baik yang berusaha menyelamatkannya ?
Solomon adalah sedikit dari potret kelam perbudakan di Amerika masa lalu. Sebelum akhirnya disahkannya undang-undang penghapusan perbudakan. Apapun alasan dari Solomon untuk membuktikan kemerdekaannya, hal tersebut mustahil untuk dipercayai mengingat Solomon sendiri yang berkulit hitam. Memang, kala itu warna kulit mewakili kasta, dimana kulit putih adalah kasta tertinggi, dan kulit hitam kasta terendah. Tidak ada pilihan lagi selain menjadi budak. Solomon berbeda, ia merdeka, berbakat, dan berpendidikan tinggi. Maka tidak heran bila ia menolak menjadi korban perbudakan dengan berdasar pada kemerdekaannya.

Masih sama seperti film sebelumnya, Shame (2011), Steve McQueen kembali memasang Michael Fassbender yang berakting luar biasa di sini. Michael sangat sempurna memainkan peran sebagai tuan tanah yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Untuk akting Chiwetel sendiri masih bisa dibilang lumayan bagus, meski tidak sebagus Michael. Kekurangan dari 12 Years a Slave adalah keadaan yang dibangun kurang terasa bahwa Solomon telah dibudak selama 12 tahun. Apa yang saya rasakan adalah Solomon ‘baru’ saja dibudak sekitar 1 hingga 2 tahunan saja. Tidak ada bukti yang menguatkan bahwa sudah selama itu ia dibudak, seperti perubahan keadaan fisiknya atau perubahan musim. Saya sebagai penonton kurang merasakan feel tersebut. Di luar kekurangan tersebut, 12 Years a Slave sudah cukup mampu membuat saya iba atas perbudakan yang tidak hanya dialami oleh Solomon, tapi yang lain juga. 
ATAU
8 / 10

2 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !