Kebahagiaan muncul dari hal-hal yang kecil
sekalipun. Itulah sedikit yang mungkin bisa saya deskripsikan bagi film
Perancis garapan Jean-Pierre Jeunet yang sangat luar biasa bagusnya ini. Lucu, unik,
absurd, dan tingkah laku Amélie yang membuat gemas dan memorable,
membuat film ini layak ditonton berkali-kali tanpa ada rasa bosan.
Amélie
(Audrey Tautou) seorang gadis 6 tahun terpaksa harus home-schooling bersama
ibunya, gara-gara ayahnya salah mendiagnosis bahwa ia memiliki kelainan jantung
dan tak layak sekolah. Hal tersebut membuatnya kekurangan teman bermain,
sehingga ia tidak bisa membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Ayahnya,
Raphael (Rufus) adalah seorang mantan dokter tentara. Ia memiliki kebiasaan
unik suka kencing di dekat orang lain dan sangat benci ketika orang lain memandang
sandalnya dengan sinis. Ibunya, Amandine (Lorella Cravotta) seorang kepala
sekolah yang sangat menyukai mengepel lantai dengan sandal dan sangat benci
dengan tangan yang berkerut ketika mandi. Namun pada suatu ketika, Amandine
meninggalkan Amélie selama-lamanya dalam sebuah insiden “konyol”. Setelah
kematian ibunya, Amélie tinggal seorang diri bersama ayahnya.
5
tahun kemudian, dia bekerja sebagai pelayan di kafe Two Windmails di
Montmartre. Sang pemilik kafe, Suzanne (Claire Maurier) adalah seorang yang
pincang tapi tidak pernah menumpahkan minuman. Di dalam kafe itu juga, ada
Georgette (Isabelle Nanty) si penjual rokok yang memiliki masalah dengan
kesehatan, satu hari migrain, satu hari pegal-pegal. Di kafe itu, Amélie
tidak sendiri menjadi pelayan, melainkan ada temannya yang lain, Gina (Clotilde
Mollet) dan pria yang cintanya ditolak, Joseph (Dominiquie Pinon). Suatu
ketika, Amélie
menemukan sebuah kotak kecil berisi mainan lama di kamar apartemennya. Dengan
menganggapnya harta karun, Amélie merasa memiliki kewajiban untuk
mengembalikan kepada pemiliknya. Dengan harapan pula, ke depannya ia menjadi
pribadi yang selalu berbuat baik. Kemudian Amélie mencari informasi lebih
lanjut tentang pria yang tinggal di kamarnya 50 tahun lalu. Siapakah sebenarnya
pemilik kotak mainan tersebut dan berhasilkah Amélie menemukan sekaligus
mengembalikannya ?
Selain
deskripsi singkat saya di atas, Amélie juga berisi petuah untuk selalu
berbuat baik kepada siapapun. Ya, kelihatannya sangat sederhana sekali apa yang
disampaikan dalam film ini. Tapi, tunggu dulu, Amélie dibangun tidak sesederhana
itu. Diawali dengan proses kelahiran Amélie yang berlanjut diceritakannya
latar belakang semua karakter di sini dengan detail, lucu, dan absurd oleh
narator, membuat saya merasa ini memang bukan film biasa pada pertama kali
menonton. Komedi dan segala hal absurd yang ditawarkan sangat lucu, tapi tidak
bodoh. Dialog-dialognya juga cerdas meski tidak mencoba untuk sok pintar. Selain
itu, didukung pula dengan sinematografi yang indah membuat nilai plus pada Amélie.
Jika saya diminta mendiskripsikan Amélie dengan satu kata saja, maka kata
itu adalah “manis”.
Lihatlah
bagaimana segala hal yang membuat senang semua karakternya dibahas secara rinci
di sini, mulai dari membersihkan tas, membersihkan kotak perkakas, hingga suara
kerekan tulang jari. Semua hal menyenangkan tersebut adalah hal yang sederhana
bahkan bisa dibilang remeh, tapi dapat membuat mereka bahagia. Maka tidak salah bila apa yang saya tangkap
di sini bahwa Kebahagiaan muncul dari
hal-hal yang kecil sekalipun. Segala tingkah kekonyolan Amélie
yang menggemaskan tentu membuat tertawa. Tapi karakter Amélie
tidak mencoba untuk ‘membodohi diri sendiri’ agar ditertawakan penonton. Dibalik
itu ada hal luar biasa yang terselip di dalamnya, bahwa Amélie
akan lakukan apapun untuk bisa membantu orang lain dengan caranya sendiri.
Mungkin kita melihat itu adalah hal konyol, tentu saja, karena memang diformat
komedi sesuai genrenya. Coba perhatikan bagaimana seorang Amélie
menghadapi hidup tanpa sebuah kesedihan, yang ada hanya bahagia dan senyuman. Jangan lupa pula lihat
bagaimana pertemuan Amélie dengan Nino Quincampoix (Mathieu
Kassovitz) melalui perantara album foto yang dijatuhkannya.
ATAU
9,5 / 10
Halo Iza, ini Luthfi dari Review Luthfi. Wah, udah banyak banget reviewnya, hehe. Btw, linknya udah dipasang yaa, jangan lupa pasang link blog gue juga, hehehe. Salam kenal.
BalasHapusFilm favorit aku nih!! Nggak bosan-bosan udah 3x nonton ulang dan masih pengen nonton ulang lagi :D
BalasHapusmochiron desu
HapusBuat colector film, film ini wajib punya original nya..
BalasHapusMy rating 9,7 / 10