Film-film Eropa dapat memberi sedikit obat akan kejenuhan
terhadap film-film Hollywood. Dan itu terbukti. Kali ini, saya akan perkenalkan
kepada Anda film berjudul Ida dari Polandia yang tahun ini memenangkan kategori
Film Berbahasa Asing Terbaik di ajang Academy Award. Film arahan sutradara
Pawel Pawlikowski ini memiliki keunikan antara lain sinematografi hitam-putih
dan layar rasio 4:3,
meski hal tersebut sudah bukan hal baru lagi. Meski begitu, Ida tetaplah film
yang sangat bagus, berjalan lambat tapi tidak membosankan, serta dapat memberi
efek yang sangat menenangkan.
Bersettingkan Polandia tahun 1962. Seorang Biarawati muda, Anna
(Agata Trzebuchowska) diminta oleh Biarawati senior untuk menemui bibi
kandungnya yang telah bertahun-tahun tidak bertemu semenjak Anna dibesarkan
dalam biara tersebut. Sang Biarawati senior berharap penuh kepada Anna, bahkan
meminta Anna untuk dapat meluangkan waktunya untuk tinggal bersama bibinya sebelum
acara pengambilan Kaul (ikrar
anggota relijius). Kemudian berangkatlah Anna menuju tempat tinggalnya
dengan perasaan bertanya-tanya. Sang bibi, Wanda Gruz (Agata Kulesza) adalah
seorang hakim yang alkoholik, heavy smoker, dan penganut Yahudi. Dari situlah,
Anna mengetahui latar belakangnya beserta keluarganya yang menganut Yahudi, dan
Anna mengetahui pula bahwa nama aslinya adalah Ida Lebenstein.
Anna/Ida dan Wanda pun semakin dekat. Bahkan, Wanda tak
segan menunjukkan foto-foto kedua orang tua Anna serta menceritakan sekilas
mengenai asal usul mereka. Kedatangan Anna/Ida ke rumah bibinya juga didorong
keinginan untuk berziarah ke makam kedua orangtuanya, meskipun sang bibi
mengatakan bahwa keberadaan makam tersebut masih belum diketahui. Karena
melihat keteguhan hati sang keponakan, sang bibi pun dengan sukarela
mengantarkannya sambil mencari dimana tempat makam sang ayah dan ibu. Dalam
perjalanan itu pulalah, Anna/Ida bertemu dengan Lis (Dawid Ogrodnik) seorang
pemuda pemain alto dalam sebuah band. Berhasilkan Anna/Ida mengetahui dimana
makam kedua orangtuanya ?
Hal pertama yang saya dapatkan setelah menonton Ida adalah
bahwa ini sebuah film yang sangat indah, lembut, dan menenangkan. Karakter
Wanda yang saya sebutkan di atas, sangat kontras sekali dengan Anna/Ida yang
seorang Biarawati relijius.
Tapi, tampak sekali chemistri mereka berdua. Bagaimana Wanda sang bibi berusaha
sangat keras mencari jejak makam saudara sekaligus orang tua Anna/Ida, sangat
tidak terpikirkan sejak awal dengan melihat karakter sang bibi yang bisa
dikatakan ‘Wild’. Lihat pula betapa lucunya adegan ketika sang bibi berebutan
injil dengan Anna/Ida hanya sekedar untuk bercerita mengenai Maria Magdalena. Ida
juga mengangkat masalah gesekan antara penganut Yahudi dengan Katolik, meski dalam film ini
ditampilkan dengan porsi yang seimbang, tidak terlalu dibesar-besarkan. Dan
juga tanpa perlu disebutkan, kedua orang tua Anna/Ida jelas adalah korban dari
genosida oleh Nazi, dengan melihat latar belakangnya yang Yahudi dan keberadaan
makam yang entah berantah dimana.
Fokus utama dari Ida bukanlah bagaimana dan dimana menemukan
makam orang tua Anna/Ida tersebut. Tetapi ini semua tentang pencarian jati
diri. Bagaimana Anna/Ida mencari jati dirinya, siapakah dan bagaimanakah aku
(Anna/Ida) sebenarnya ? Peran Dawid Ogrodnik sebagai Lis di sini bisa dibilang
cukup besar. Karena, Lis bisa dikatakan menjadi indikator bagi Anna/Ida untuk
mencari tahu jati dirinya yang sesungguhnya. Getaran cinta yang dirasakan oleh Biarawati
muda Anna/Ida terhadap lawan jenisnya memang tidak bisa dipungkiri. Akankah
menahan hasrat cinta yang tak terbendung tersebut karena atribut pemuka agama
ataukah menurutinya, toh hal tersebut sangat manusiawi. Hingga akhir film, Ida
benar-benar sajian yang indah dan menenangkan. Mampu membuat saya berfikir
mengenai menjadi siapakah kita hidup di dunia ini. Wonderful!
ATAU
9 / 10
Menurutku...film ini sangat bagus karena tokoh Ida mampu mencari jati dirinya yang sesungguhnya dengan mengenal tokoh Lis dalam film tersebut dan juga Wanda Gruz sebagai bibinya.
BalasHapus