Jumat, 15 Mei 2015

MY NEIGHBOR TOTORO [1988]

**FILM SUPER**

Setiap film animasi 2D buatan Ghibli tidak pernah lepas dengan yang namanya fantasi, imajinasi, dunia anak-anak, dan apapun Anda menyebutnya. Semua dibuat dengan indahnya di setiap goresan warna yang membentuk karakter-karakter lucu hingga sebuah negeri antah berantah. My Neighbor Totoro mengajak kita semua untuk kembali menyelami dunia fantasi dan indahnya masa kanak-kanak.

Keluarga Kusakabe yang terdiri dari ayah/Tatsuo (suara : Itoi Shigesato), Satsuki (suara : Hidaka Noriko), dan Mei (suara : Sakamoto Chika) pagi itu membawa semua barang untuk pindah ke sebuah rumah ‘baru’ di desa. Rumah ‘baru’ mereka tersebut adalah rumah lama yang sudah tidak dihuni lagi. Satsuki dan Mei yang masih anak-anak benar-benar menikmati sekali suasana desa yang tenang, damai, dan sejuk itu. Sawah, sungai, hingga hutan banyak sekali ditemukan di desa. Sebelum mereka akan huni, rumah tersebut sering dijaga oleh nenek (suara : Kitabayashi Tanie) yang memiliki cucu seumuran dengan Satsuki, Kanta (suara : Amagasa Toshiyuki). Selepas mereka menurunkan barang-barang, Satsuki dan Mei bermain mengelilingi setiap sudut rumah. Mereka sering menemukan biji pohon ek, terjatuh dari atas tanpa tahu siapa yang menjatuhkannya.

Setelah itu, Satsuki dan Mei bermain ke belakang rumah untuk membuka salah satu ruangan di sana, terkejutnya mereka mendapati bola-bola hitam kecil yang tiba-tiba berlarian kesana kemari, seolah-olah takut dengan keberadaan mereka berdua. Sang ayah memberitahu bahwa benda-benda hitam tadi adalah makkuro kurosuke. Bahkan, Mei berhasil menangkap satu, tapi kemudian menghilang dan menyisakan bekas hitam di tangannya. Begitu sang nenek penjaga datang, ia menceritakan bahwa itu adalah susuwatari atau peri jelaga. Waktu kecilpun, sang nenek juga sering melihatnya. Satsuki dan Mei pun tidak perlu takut karena makhluk tersebut tidak mengganggu. Apalagi jika mereka sering tertawa dan membuat suasana rumah menjadi ramai, maka makhluk hitam kecil berbulu tadi pun akan pergi dari rumah.

Esok harinya, ayah serta Satsuki dan Mei menjenguk ibunya, Yasuko (Shimamoto Sumi), yang sedang dirawat di rumah sakit. Mereka berangkat menggunakan sepeda kumbang. Di hari berikutnya, ketika Satsuki sedang ada di sekolah, Mei bermain sendiri, sedangkan ayahnya sibuk dengan pekerjaannya di rumah. Mei yang begitu banyak menemukan biji pohon ek, tiba-tiba menemukan 2 makhluk kecil berwarna putih, dan satunya berwarna biru. Mei kemudian mengikutinya sampai di pohon kusunoki / pohon kapur barus di samping kuil. Di bawah pohon besar itu, Mei lalu masuk lorong di antara akarnya, dan sampailah dia di tempat yang antah berantah. Di situlah perkenalan pertamanya dengan Totoro, makhluk besar berbulu dan berwarna abu-abu.

Esoknya, ketika sedang hujan deras, Satsuki dan Mei diminta sang ayah untuk menjemputnya di halte bus. Hingga petang tiba dan hujan masih turun rintik-rintik, bus yang membawa ayahnya belum nampak juga. Siapa yang menyangka, Totoro yang besar itu kemudian berdiri dengan santainya di samping Satsuki. Suaranya yang meraung, berhasil membangunkan Mei yang tadi tidur di punggung Satsuki. Dari kejauhan nampak cahaya lampu dari bus yang dikira Satsuki membawa ayahnya. Begitu mendekat, ternyata yang dikira awalnya bus biasa tadi adalah kucing raksasa dengan tubuh setengah bus dan matanya menyala. Sebelum pergi, Totoro sempat memberikan hadiah yang dibungkus daun kepada Satsuki dan Mei. Bungkusan tadi berisikan biji ek, dengan harapan Satsuki dan Mei mau menanamnya. Lalu, Totoro masuk ke dalam kucing setengah bus tadi dan melesat jauh. Tidak berapa lama, ayah pun datang. Bagaimanakah kelanjutan petualangan menarik Satsuki dan Mei dengan Totoro ?   

Apa yang saya sukai dari karya Miyazaki Hayao yang satu ini adalah dia tidak serta merta melupakan unsur-unsur tradisional di Jepang, seperti kepercayaan terhadap bangsa lelembut, youkai. Baik itu Susuwatari atau Totoro, bisa jadi 2 makhluk tersebut adalah sejenis Youkai. Saya sendiri pernah berdebat dengan teman saya, khususnya untuk Totoro, benarkah dia sejenis Youkai atau bukan. Teman saya yang biasanya tahu banyak dengan jenis-jenis Youkai, tidak bisa menjawab hal tersebut. Yang saya percayai adalah, Totoro bisa saja memang sejenis Youkai atau hanya tercipta dari imajinasi seorang Satsuki dan Mei. Ada bagian di mana Satsuki dan Mei berkata bahwa penampakan Totoro sendiri mereka temukan dari dalam buku. Jika melihat film-film lain yang dibuat Miyazaki selalu mengangkat indahnya dunia anak-anak, wajar saja bila hal tersebut terjadi. Satsuki dan Mei adalah 2 orang anak yang tengah menikmati asyiknya masa kecil. Segala imajinasi yang mereka miliki dan yang bersumber dari buku, turut serta menciptakan makhluk fantasi menurut pemikiran mereka sendiri.

Sebenarnya, di sini Miyazaki membebaskan penonton untuk bisa memiliki interpretasi sendiri mengenai Totoro, dia adalah makhluk halus sejenis Youkai atau memang berasal dari khayalan Satsuki dan Mei. Sungguh begitu indahnya dunia anak-anak yang menjadikan inspirasi bagi Miyazaki. Segala tingkah polah yang menggemaskan dari anak-anak tidak luput dari goresan tangannya yang ia tuangkan dalam My Neighbor Totoro. Lihat saja bagaimana Mei yang ngotot mempercayai bertemu dengan Totoro, meski awalnya Satsuki sempat menyangsikannya. Serta kelucuan Kanta yang malu-malu pada Satsuki, khas anak laki-laki pada perempuan. Melihat tingkah Kanta itu sendiri, saya jadi ingat sekali bahwa saya dahulu juga pernah seperti itu. Jika saya bisa mengingat masa kecil yang indah itu melalui My Neighbor Totoro, maka Miyazaki sukses menjangkau memori saya yang paling dalam. 

Goresan-goresan indah hamparan sawah dan bunyi gemericik sungai, menambah tenang dan damainya suasana di desa. Keputusan Miyazaki yang memilih setting desa memang tepat. Dengan setting pedesaan yang masih tradisional tadi, berarti ada banyak hal yang bisa digali lebih dalam lagi, seperti unsur kepercayaan yang dimiliki oleh orang-orang desa. Untuk best scene sendiri, jelas pilihan utama dan memorable adalah dimana Satsuki dan Mei sedang menunggu ayahnya dan di sampingnya berdirilah Totoro. Dengan mengambil suasana petang hari dan gemericik hujan, memang menambah perasaan ‘mencekam’. Tapi, kemudian sirna dengan datangnya si makhluk lucu nan menggemaskan. Jika saya jadi Satsuki dan Mei, kemudian melihat ada Totoro di samping, maka apa yang akan terjadi ? Saya pasti pingsan, atau lari dan kemudian berteriak sekencang-kencangnya. Ya, karena saya sudah dewasa secara usia, dan melihat ‘keganjilan’ seperti itu tentu merupakan hal yang menakutkan. Tapi, akan berbeda jika saya masih kecil. Mungkin saya akan senang sekali dan tiba-tiba memeluk hangat tubuh Totoro. Nah, itulah indahnya dunia anak. Dunia penuh imajinasi dan masih ‘suci’ dari segala ‘polusi’.

Karakter ayah dan ibu dari Satsuki dan Mei ini juga tidak luput dari sorotan. Saya sangat menyukai mereka. Saya sangat mengapresiasi pendapat mereka yang mengamini setiap perkataan yang diucapkan Satsuki dan Mei terkait dengan keberadaan Totoro. Memang seperti itulah seharusnya peran kedua orang tua kepada anaknya, terutama yang masih indah-indahnya di masa kecil. Tidak seharusnya orang tua menyangkal setiap perkataan anaknya yang berbau imajinasi, toh hal tersebut dapat merusak segala keindahan di masa kecil mereka. Sudah seharusnya orang tua mengarahkannya dengan baik dan selalu berpandangan positif. Saking terkenalnya sosok Totoro ini, jika Anda jeli, Anda akan menemukannya di salah satu seri Toy Story. Lagu ending My Neighbor Totoro pun juga pernah menjadi jingle makanan ringan yang pernah beredar di Indonesia, dan seingat itu saya masih SD.

ATAU
9,5 / 10

1 komentar:

  1. Saya menonton Film ini melalui TV kabel, banyak budaya jepang yang bisa kita orang indonesia ambil. Sebagai contoh saat mei dan satsuki berteduh disebuah pondok mereka meminta izin ke pada sesosok patung, kalau zaman sekarang bisa jadi patung tersebut sudah dicorat-coret.

    BalasHapus

AYO KITA DISKUSIKAN !