Senin, 04 Mei 2015

MINORITY REPORT [2002]

**FILM SUPER**

Steven Spielberg memang dikenal luas dengan film-film bergenre sci-fi. Namanya mulai terangkat lewat film Jaws yang disutradarainya tahun 1975. Berturut-turut kemudian ia rutin membuat film sci-fi lainnya seperti Close Encounters of The Third Kind (1977), E.T. (1982), hingga Artificial Intelligence (2001). Satu tahun sejak perilisan A.I., Spielberg kembali dengan film sci-fi berjudul Minority Report.

Pre-Crime, departemen pencegahan terhadap perbuatan kriminal yang dipimpin oleh Lamar Burgess (Max von Sydow) mampu mendeteksi perbuatan kriminal yang akan terjadi, kemudian mereka dapat menangkap pelakunya sebelum sempat melakukan perbuatannya. John Anderton (Tom Cruise) sebagai chief bertugas memetakan lokasi terjadinya peristiwa itu dengan bantuan 3 orang peramal yang disebut Pre-Cog. Mereka terdiri dari Agatha (Samantha Morton) yang terkuat serta si kembar, Arthur dan Dashiell. Pre-Crime terbukti sukses menurunkan tingkat kriminalitas, tapi kesuksesan tersebut juga membuat kontra beberapa pihak, salah satunya adalah FBI yang menurunkan anggotanya, Danny Witwer (Colin Farrell), untuk memeriksa ke dalam markas Pre-Crime. Danny melihat adanya kecacatan dalam Pre-Crime, dimana mereka harus menangkap seseorang yang belum benar-benar berbuat kriminal.

Atas penglihatan Agatha, John pergi menuju Department of Containment, lokasi diamankannya para ‘calon’ pelaku kriminal. Anehnya, identitas pelaku pembunuhan wanita tersebut tidak pernah diketahui, serta arsip berupa videonya juga hilang, seperti ada yang menghapusnya. Tak lama, panggilan tugas datang. John seakan tidak percaya pelaku kriminal yang akan ia tangani berikutnya adalah dia sendiri yang berusaha membunuh seorang pria bernama Leo Crow. Tidak ingin tertangkap atas perbuatan yang ‘belum’ dilakukannya, segera John melarikan diri dengan dikejar FBI dan teman-temannya di Pre-Crime. Dengan bantuan Dr. Iris Hineman (Lois Smith), ia menyarankan John untuk mencari laporan kecil/Minority Report tersebut untuk mengungkap siapa pembunuh wanita tersebut.

Kesan pertama setelah menonton Minority Report adalah ini film yang sangat hebat, luar biasa, menegangkan, mempermainkan emosi, serta semua rasa bercampur menjadi satu. Saya suka sci-fi, tapi bukan karena berdasar genre yang membuat saya sangat menyukai film ini. Pre-Crime, sebuah departemen yang sebenarnya diciptakan untuk mengurangi tingkat kriminalitas, ternyata menyimpan sebuah kecacatan. Sejak menit-menit awal menontonnya, saya sudah tahu bahwa apa yang dilakukan Pre-Crime ini jelas menyalahi hak asasi seorang manusia. Bagaimana tidak, menangkap seseorang yang jelas belum terbukti bersalah ? Informasi tentang ‘calon’ kriminal tersebut bersumber dari penglihatan para peramal, Pre-Cog. It’s ok, anggap saja Pre-Cog tidak pernah salah, tapi bisa saja ‘calon’ kriminal tersebut memiliki masa depan lain sehingga mereka bisa membatalkan usahanya untuk berbuat kriminal.

Akting luar biasa dari Tom Cruise dan Max von Sydow nampak jelas dengan karakter yang mereka mainkan masing-masing. Sinematografi dan setting bangunan di masa depan hingga mobil Lexus yang futuristik semakin memperkuat kesan bahwa teknologi manusia masa itu sudah tingkat hyper. Menggabungkan Pre-Cog (manusia dengan kemampuan meramal) dengan layar scanning yang canggih membuat pemandangan yang tidak biasa. Secanggihnya teknologi masa itu masih ada kepercayaan yang tinggi tentang keberadaan manusia dengan kemampuan vision/melihat masa depan. Alur cerita yang kuat dalam Minority Report berhasil dibangunan dengan berpijak pada kecacatan mengenai sebuah sistem. Di balik Pre-Crime yang dijalankan tampak ‘sempurna’, masih memiliki kecacatan, termasuk orang-orang yang bergerak di dalamnya. John memiliki kecacatan, begitu juga Lamar, dan para Pre-Cog. Semua manusia bisa saja memiliki kesalahan. Minority Report ditutup dengan adegan yang fantastis dimana masa depan dari Pre-Crime dihadapkan pada John dan Lamar. Mereka berdua harus memilih pilihan yang tepat. 
ATAU
9,5 / 10

2 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !