Selasa, 19 Mei 2015

THE CROODS [2013]

Sebelumnya, saya memang orang yang memiliki ekspektasi tinggi dalam menanti rilisan film-film animasi 3D, baik itu dari Pixar, Dreamworks, Blue Studio, dll. Saya tidak pernah pilih-pilih dari studio mana, yang jelas saya selalu menanti tiap kedatangan mereka. Tetapi, semakin ke sini ekspektasi saya pada film-film animasi dari 2 ‘kubu besar’ semakin menurun. Yang satunya semakin melemah, dan yang satunya labil (kadang bagus sekali lalu jadi biasa sekali). Khusus untuk Dreamworks sendiri, The Croods mungkinlah yang paling membuat saya memorable (secara kualitas yang bagus).

Mari perkenalkan, keluarga The Croods yang terdiri dari Grug (Nicolas Cage), Ugga (Catherine Keener), Eep (Emma Stone), Thunk (Clark Duke), Sandy (Randy Thom) dan Gran (Cloris Leachman), si nenek ‘perkasa’. Sang kepala keluarga, Grug, selalu mengajarkan kepada keluarganya agar selalu bersembunyi di dalam gua, terutama malam hari, karena keadaannya sangat berbahaya. Semua hal tersebut diterima oleh anggota keluarga yang lain, kecuali Eep yang selalu memberontak. Ia beranggapan bahwa ketakutan yang diciptakan oleh ayahnya terlalu berlebihan. Eep berharap dapat berpetualang lebih jauh lagi untuk melihat hal-hal baru tanpa tekanan dan doktrin cerita-cerita dari ayahnya.

Pada suatu malam, Eep melihat kilau cahaya yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dengan memberanikan diri keluar gua dan menyusuri malam yang gelap, ia berhasil menemukan sumber cahaya tersebut. Di sanalah pertemuan awal Eep dengan seorang pemuda seumurannya, Guy (Ryan Reynolds) yang baru pertama kali ia lihat selain keluarganya. Awalnya, perkenalan mereka banyak diliputi ketegangan, hingga akhirnya Eep menyadari bahwa Guy adalah orang baik dan memperkenalkannya sendiri pada “api”. Sebelum berpisah, Guy sempat memberikan terompet dari kerang kepada Eep, dengan harapan jika ada bahaya, Eep mau membunyikannya dan Guy akan datang menolong.

Esoknya, gempa super besar akibat dari pergeseran benua terjadi. Gua milik keluarga Croods menjadi korban, tidak ada lagi tempat berlindung bagi mereka. Bahaya pun mengintai, di belakang mereka terdapat hewan buas yang siap menerkam mereka yang tanpa tempat berlindung. Larilah mereka melalui celah batuan dari bekas gua yang hancur tadi. Siapa yang menyangka, di situlah awal petualangan baru mereka. Sebuah tempat baru yang terlihat sangat ‘hijau’ dan ‘biru’ serta berbagai macam hewan yang baru mereka lihat. Dilewatilah hutan tersebut, rintangan demi rintangan mereka hadapi, hingga pada pertemuan mereka pada burung-burung ganas yang siap menghabisi. Dalam keadaan kesulitan tersebutlah, Eep membunyikan terompet dan memanggil Guy. Datanglah Guy beserta hewan yang menjadi sabuknya, Belt (Chris Sanders), memberikan pertolongan dengan menyalakan api untuk mengusir para burung-burung ganas tadi. Dapat ditebak bahwa Eep sudah memberikan sinyal hijau bagi Guy. Tapi, berbeda dengan Grug yang kolot, ia justru memarahi Guy dan meminta Eep untuk menjauhinya. Bagaimanakah petualangan seru keluarga Croods selanjutnya dengan Guy ?

Sejauh ini, The Croods adalah film animasi terfavorit saya dari Dreamworks. Bahkan, saya pernah sempat mendiskusikan dengan teman, antara The Croods atau Wreck-it Ralph (Disney). Secara kualitas visual, The Croods sudah sangat melebihi ekspektasi saya. Berbagai pemandangan indah dan hewan-hewan unik dari ‘gabungan’ berhasil dibuat dengan sangat bagus. Apalagi pada saat adegan runtuhnya batuan yang menghancurkan gua milik Croods, benar-benar mendekati detail yang sangat sempurna. Hutan-hutan belantara yang mana merupakan bagian terdalam dari lautan (zaman prasejarah) dibuat dengan colourful dan sedikit membawa unsur ‘seram’ bagi saya. Seperti film animasi lainnya, The Croods memang penuh dengan komedi slapstik yang bagi saya sendiri masih terbilang menghibur. Memang ada beberapa guyonan yang mungkin tidak dapat diterima oleh anak-anak, seperti Grug yang berharap ibu mertuanya, Gran, mati dengan berbagai cara. 

Selain aspek visual dan komedi yang dengan komposisi yang sudah pas, The Croods juga berisikan pesan moral yang bagus dan mengena. Seorang kepala keluarga (ayah) yang otoriter kepada keluarganya, dengan melarang mereka untuk pergi lebih jauh lagi dengan alasan bahaya. Setiap malam menjelang pun, mereka harus kembali ke gua dan tidur dengan berhimpitan agar aman. Dapat ditebak, Eep yang selalu menentang kebijakan ayahnya tadi mengharapkan sesuatu yang lebih. Dia beranggapan, kebijakan ayahnya tadi sangat kuno dan mengekang kebebasan yang lainnya, terutama dirinya sendiri. Untuk itulah, ia memilih memberanikan diri keluar malam hari untuk menuruti rasa ingin tahu. Padahal sebelumnya, Grug sendiri mengatakan bahwa rasa ingin tahu adalah hal yang buruk. Memang, sejak menit-menit awal saya sudah tahu kearah mana perginya jalan cerita The Croods itu sendiri. Tapi tetap tidak mengurangi keasyikan saya dalam menontonnya.

Lalu, datanglah sosok Guy yang merupakan pahlawan bagi Eep dan keluarga lainnya, kecuali Grug, untuk membebaskan mereka dari kegelapan dan kungkungan menuju hari esok yang cerah dan penuh kebebasan. Dari petualangan baru mereka dengan Guy, Croods mendapatkan banyak sekali petualangan dan ‘penemuan’ baru yang berguna bagi masa depan. Seperti payung, hewan peliharaan, hingga kamera. Tentunya, semua penemuan tadi dihadirkan dengan komedi slapstik yang benar-benar lucu dan sempat membuat saya terbahak-bahak. Setiap karakter yang hadir di The Croods juga ditampilkan dengan sangat menonjol, dan dari situ penonton dapat tahu keunikan masing-masing dari para karakter.   

Pada akhirnya, semua penonton akan tahu apa maksud dibalik pengekangan Grug terhadap keluarganya. Semua itu tidak lain beralaskan rasa kasih sayang dan cinta. Grug menginginkan semuanya bisa bertahan hidup, meski Eep melihatnya dengan sudut pandang yang lain. Rasa ‘kecemburuan’ Grug pada Guy hanyalah karena rasa takutnya jika apa yang dilakukan oleh Guy dapat membahayakan keluarga Guy. Sudah dapat dipastikan ada momen yang menjadi senjata ampuh berupa pengakuan antara Grug dengan Guy, yang tidak lain adalah titik balik bagi mereka untuk lebih dekat lagi dan bahu membahu melewati semua rintangan. Yah, meski sebagian besar sudah bisa kita tebak bagaimana arahnya, tapi The Croods mampu membuktikannya dengan segala perpaduan aspeknya, dan yang terpenting adalah entertaining. Karena pada dasarnya, unsur hiburan itulah yang utama, dan ide yang bagus belum tentu bisa dikemas menjadi sebuah ‘hiburan’.   
ATAU
8 / 10

1 komentar:

AYO KITA DISKUSIKAN !